Muhasabah ANTARA ASHHABUL JANNNAH DAN ASHHABUL JAHIM

ANTARA ASHHABUL JANNNAH DAN ASHHABUL JAHIM


Saudaraku,

Waktu terus bergulir dan berjalan. Ia tak akan pernah berhenti barang sesaat, apalagi mundur. Apa yang bisa kita rasakan saat ini belum tentu dapat kita rasakan esok hari. Namun, sebagian dari kita masih seringkali menyia-nyiakan waktu yang kita miliki selama hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat...


Sadarilah bahwa setiap tarikan dan hembusan nafas kita merupakan rangkaian waktu demi waktu langkah pasti menuju alam kubur. Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan di situ pula ada takdir Allah Azza wa Jalla yang berlaku atas diri kita. Karena itu, hendaklah kita selalu menjaga, agar tetap istiqamah dalam setiap nafas kita, selalu dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa...


Saudaraku,

Orang yang akan melakukan perjalanan jauh pasti akan menyiapkan berbagai perbekalan yang cukup. Lihatlah misalnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Terkadang ia berusaha mengumpulkan harta dan perbekalan sekian tahun lamanya, padahal itu berlangsung sebentar, hanya beberapa hari saja. Maka mengapa untuk "suatu perjalanan yang tidak pernah diketahui kapan berakhirnya" yakni perjalanan akhirat kita tidak berbekal diri dengan ketaatan? Padahal kita yakin bahwa kehidupan dunia hanyalah tempat persinggahan sesaat sampai kepada kehidupan yang kekal nan abadi yaitu kehidupan akhirat antara ashhabul jannah (penghuni surga) dan ashhabul jahim (penghuni neraka)... 

Itulah hakikat perjalanan manusia di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dan sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah Azza wa Jalla berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 


(QS. Al-Hasyr: 18)


Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.” 


(Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339)


Saudaraku,

Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan mungkin kembali. Setiap hari dari waktu kita berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ


“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” 


(HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Lihat ash-Shahihah, no. 946)


Saudaraku,

Jangan pernah menunda-nunda dalam beramal. Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan: “Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.” Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu kalau umurnya akan panjang? Kalau seandainya dia ditakdirkan umur panjang, apa ada jaminan dia akan sadar? Atau justru akan bertambah kesesatannya?


Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.” 


(Ma’alim Fi Thariqi Thalabil ‘Ilmi hlm. 32)


Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,


إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْـمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لـِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لـِمَوْتِكَ


“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu menunda beramal di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi, janganlah menunda beramal di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.” 


(HR. al-Bukhari no. 6416)


Selagi kesempatan masih diberikan oleh Allah Azza wa Jalla, jangan pernah menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah terkunci kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan? ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang?


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memanfaatkan umur yang tersisa dengan sebaik-baiknya untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.

Posting Komentar

0 Komentar