MUHASABAH IKATAN IMAN PALING KOKOH, CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

IKATAN IMAN PALING KOKOH, CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH


Saudaraku,

Ada suatu kaidah yang menyatakan,


ما أحببت شيئا إلّا كنت له عبدا، و هو لا يحبّ أن تكون لغيره عبدا


"Tidaklah kita mencintai sesuatu melainkan kita menjadi hamba baginya, dan Allah Azza wa Jalla tidak ingin kita menjadi hamba selain-Nya." Jika kita mencintai dunia, maka kita akan menjadi budaknya, karena kecintaan kita terhadap sesuatu membuat kita tunduk dan terikat kepadanya. Kita juga tidak akan mau lepas dan mencari gantinya. Dikatakan, cinta kita kepada sesuatu akan membutakan penglihatan mata, menulikan pendengaran telinga, dan membisukan ucapan lisan kita...


Saudaraku,

Al-Jahidh berkata,


"فإذا كان الحٌبّ يُعمِي عن المساوئ فالبُغض أيضاً يُعمِي عن المحاسـنْ"  (الجاحظ)


"Jika cinta dapat membuat seseorang buta terhadap segala keburukan, maka kebencian dapat membuatnya buta atas segala kebaikan." 


(Al-Jahidh)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ


Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang Mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat, dan siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah dalam rangka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi para 

Malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk yang ada di sisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya." 


(HR. Muslim No. 2699, At Tirmidzi No. 1425, Abu Daud No. 1455, 4946, Ibnu Majah No. 225, Ahmad No. 7427, Al Baihaqi No. 1695, 11250, Ibnu ‘Asyakir No. 696, Al Baghawi No. 130, Ibnu Hibban No. 84)


Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,


“ ‘Abdullah (hamba Allah) adalah orang yang ridha terhadap apa yang Allah ridhai, murka terhadap apa yang Allah murkai, cinta terhadap apa yang Allah dan Rasul-nya cintai serta benci terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya benci. Hamba Allah adalah hamba yang senantiasa menolong wali Allah (kekasih Allah dari orang beriman) dan membenci musuh Allah Ta’ala (dari orang kafir). Inilah tanda sempurnanya iman.


Sebagaimana disebutkan dalam hadits,


مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ


“Barangsiapa yang cinta dan benci karena Allah serta memberi dan enggan memberi karena Allah, maka telah sempurnalah imannya.”


Beliau juga bersabda,


أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللَّهِ ؛ وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ


“Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta dan benci karena Allah.”


Saudaraku,

Sebelumnya Ibnu Taimiyah rahimahullah membawakan hadits,


تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ ؛ تَعِسَ عَبْدُ الْقَطِيفَةِ ؛ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ


“Celakalah wahai budak (hamba) dirham. Celakalah wahai budak (hamba) dinar. Celakalah wahai budak (hamba) qothifah (pakaian).  Celakalah wahai budak (hamba) khamishah (pakaian).” Lantas Ibnu Taimiyah mengatakan, “Inilah yang namanya budak harta-harta tadi. Jika ia memintanya dari Allah dan Allah memberinya, ia pun ridha. Namun ketika Allah tidak memberinya, ia pun murka.”


Kadang kita harus memahami bahwa diluaskan dan disempitkannya rizki atau harta kadang adalah sebagai ujian bagi kita. Ujian itu adalah apakah kita bisa termasuk hamba Allah Azza wa Jalla yang bersyukur atau tidak dan bersabar ataukah tidak...

 

Umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut, namun lebih daripada itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ


“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” 


(HR. Muslim)


Nasihat secara diam-diam merupakan pilihan awal dalam melawan kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya cara untuk meluruskan kesalahan pemimpin atau penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak diindahkan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun memberikan motivasi lain kepada umatnya untuk merubah kemungkaran pemimpin. Motivasi tersebut ialah pahala jihad yang dijanjikan kepada umatnya yang menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zalim...


Dari Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zalim.” 


(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)


Lalu ketika usaha tersebut tidak dihiraukan lagi dan pemimpin tersebut tetap pada prinsipnya yang menzalimi rakyat, maka Rasulullah shallallahu  'alaihi wa sallam mengingatkan umatnya untuk menjauhi penguasa yang zalim. Jangan sampai mendekatinya, apalagi membenarkan tindakan zalim yang mereka lakukan. Sebab, ketika seseorang tetap mendekati pemimpin zalim tersebut dan membenarkan apa yang dilakukannya maka ia akan terancam keluar dari lingkaran golongan umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan ia tidak akan mendatangi telaganya nanti di hari kiamat. Dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar mendekati kami, lalu bersabda,


إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ


“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan kebohongan mereka dan mendukung kezaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka penguasa dusta itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan juga tidak mendukung kezaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku di hari kiamat.” 


(HR. Ahmad dan An-Nasa’i)


Saudaraku,

Walau bagaimanapun kebenaran harus tetap dipegang teguh dan ditegakkan, sedangkan kesalahan harus senantiasa diluruskan. Nasihat tetap diutamakan namun amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilupakan...


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa melawan segala bentuk kezaliman dan menegakkan kebenaran dengan beramar ma'ruf nahi munkar untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


Wallahua'lam bishawab

Posting Komentar

0 Komentar